Berharap tuah sang legenda
Delapan Mei 2008, Presiden Barcelona, Joan Laporta membuat keputusan yang. Dia mengumumkan bahwa kursi pelatih tim senior Barcelona berubah. Frank Rijkaard yang dianggap kurang memuaskan, digantikan oleh Josep Guardiola. Siapakah dia sebenarnya? Apakah dia benar-benar seorang figur yang tepat untuk melatih tim sekelas El Barca? Untuk menemukan jawaban yang akurat, jelas butuh waktu.
Sebagai pemain, Guardiola memang hebat. Dia termasuk salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Barcelona. Gaya mainnya yang stylish, sempat membuat Barcelona cukup disegani di era 1990-2001. Figur yang selama beberapa musim dipercaya sebagai kapten tim Barcelona itu tercatat sebagai enam kali mengantarkan El Barca menjuarai Divisi Primera,2 Piala Raja, 1 Liga Champions dan Piala Winners.
Tapi, untuk membandingkan prestasinya sebagai pelatih, harap bersabar. Pengalamannya sebagai pelatih masih minim. Usai gantung sepatu dua tahun lalu, dia dipercaya manajemen Barcelona untuk melatih tim Barcelona B. Tepatnya, pada 21 Juni 2007. Tapi yang mengagumkan, bakatnya sebagi calon pelatih potensial langsung muncul. Di tangannya, Barcelona B menjuarai Tercera Division dan play-off Segunda Division. Itulah yang membuat Presiden Barca menaikkan pangkatnya menjadi pelatih tim senior. "Guardiola memiliki pengetahuan,ambisi, dan kepercayaan diri," ungkap Laporta.
Pelan namun pasti. Pengalaman Guardiola sebagai pemain berkelas dunia sedikit banyak mewarnai gaya dan metode melatihnya. Filosofi ala Guardiola yang semula kurang begitu diperhitungkan, belakangan malah diterima semua pemain. "Kami akan lebih banyak menyerang dan bertahan dengan lebih baik. Para penyerang punya kewajiban untuk bertahan dan para bek harus membantu bertahan," katanya penuh makna.
Terlihat sederhana memang, tapi sebetulnya butuh waktu untuk menerjemahkan. Karena itu, utnuk memuluskan filosofi tersebut, Guardiola bersikap tegas. Dia tak ragu-ragu mencoret pemain yang di anggap tak akan memberikan kontribusi. Sekalipun sang pemain tersebut masih berkataegori bintang. Deco dan Ronaldinho contohnya. Dua nama yang dalam beberapa musim terakhir berandil mewarnai prestasi tim, dilepas ke Chelsea dan AC Milan. Nama-nama tenar lain juga senasib. Seperti Edmilson (ke Villareal), Gianluca Zambrotta (Milan), Giovanni dos Santos (Tottenham), dan Lilian Thuram.
Berikutnya, beberapa nama yang menurut Guardiola berkualitas direkrut. Yaitu Daniel Alves (Sevilla), Seydou Keita (Sevilla), MArtin Caceres (Villareal), Gerard Pique (Man. United), dan Aleksandr Hleb (Arsenal). "Saya tidak bisa menjanjikan gelar, namun saya yakin orang-orang akan banggar kepada kami," jelas pelatih yang baru 37 tahun itu.
TALENTA,KERJA KERAS, SEMANGAT
Sepanjang memperkuat Barca, Guardiola telah ditangani beberapa pelatih hebat. Mulai dari Johan Cruyff, Bobby Robson, Louis van Gaal, dan Llorenc Serra Ferrer. Jika dilanjutkan saat berkarier di Serie-A, dia sempat dillatih Fabio Capello. Fakta itu diyakini sebagai modal plus buat Guardiola untuk menjadi pelatih berkelas. Metode kepelatihan, cara pendekatan ke pemain, dan juga kebijakan-kebijakan penting yang dilakukan pelatih-pelatih beken itu, dipercaya makin membuat "ilmu" Guardiola bertambah.
Hasilnya mulai terlihat. Tangan dingin Guardiola mulai manjur. Jelang kompetisi, El Barca melakoni beberapa uji coba. Dari lima kali uji coba, belum sekali pun Barca kalah. Menang 6-0 dari HIbernian, 5-1 dari Dundee United, mengalahkan Fiorentina 3-1, menang 5-2 dari Chivas du Guadalajara, dan menaklukan New York Red Bulls, 6-2. Gelandang Xavi Hernandez mengakui, sejak ditangani Guardiola, ada perubahan dalam timnya. Para pemain lebih kompak. "Banyak hal yang berubah jika dibandingkan dengan musim lalu. Kami bekerja keras dalam latihan,tetapi filosofinya tetap sama. Yaitu harus selalu menguasai permainan dan memainkan sepak bola menyerang," ujar Xavi pada The Courier.
Lanjut Xavi, dia bersyukur punya pelatih seperti Guardiola. Selain tahu banyak tentang Barca, Guardiola paham dengan karakter dan jeli untuk memaksimalkan potensi pemain. "Dia mengurusi hal-hal detail. Tetapi detail-detail kecil itulah yang akan menentukan apakah Anda akan memenangi sebuah pertandingan atau kalah." beber Xavi. Thierry Henry juga berpendapat serupa. Strategi menyerang ala Guardiola bisa diterjemahkan semua pemain. "Perbedaannya dengan tahun lalu adalah ketika menyerang kami menekan lawan sebaik mungkin. Pada saat yang sama, ada pemain-pemain lain yang siap konsentrasi di pertahanan," kata Henry.
Di kalangan suporter, idem ditto. Meski belum melakoni kompetisi resmi, sejauh ini mereka puas dengan apa yang dilakukan Guardiola. Menanggapi apa yang ditunjukkan sepanjang awal musim, Guardiola pernah berujar," Saya sangat percaya pada talenta, kerja keras, dan semangat. Saya tahu bahwa kami harus bekerja dengan keras dan cepat, agar menjadi kuat sejak awal,"
Sumber : Tabloid Soccer
Sebagai pemain, Guardiola memang hebat. Dia termasuk salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Barcelona. Gaya mainnya yang stylish, sempat membuat Barcelona cukup disegani di era 1990-2001. Figur yang selama beberapa musim dipercaya sebagai kapten tim Barcelona itu tercatat sebagai enam kali mengantarkan El Barca menjuarai Divisi Primera,2 Piala Raja, 1 Liga Champions dan Piala Winners.
Tapi, untuk membandingkan prestasinya sebagai pelatih, harap bersabar. Pengalamannya sebagai pelatih masih minim. Usai gantung sepatu dua tahun lalu, dia dipercaya manajemen Barcelona untuk melatih tim Barcelona B. Tepatnya, pada 21 Juni 2007. Tapi yang mengagumkan, bakatnya sebagi calon pelatih potensial langsung muncul. Di tangannya, Barcelona B menjuarai Tercera Division dan play-off Segunda Division. Itulah yang membuat Presiden Barca menaikkan pangkatnya menjadi pelatih tim senior. "Guardiola memiliki pengetahuan,ambisi, dan kepercayaan diri," ungkap Laporta.
Pelan namun pasti. Pengalaman Guardiola sebagai pemain berkelas dunia sedikit banyak mewarnai gaya dan metode melatihnya. Filosofi ala Guardiola yang semula kurang begitu diperhitungkan, belakangan malah diterima semua pemain. "Kami akan lebih banyak menyerang dan bertahan dengan lebih baik. Para penyerang punya kewajiban untuk bertahan dan para bek harus membantu bertahan," katanya penuh makna.
Terlihat sederhana memang, tapi sebetulnya butuh waktu untuk menerjemahkan. Karena itu, utnuk memuluskan filosofi tersebut, Guardiola bersikap tegas. Dia tak ragu-ragu mencoret pemain yang di anggap tak akan memberikan kontribusi. Sekalipun sang pemain tersebut masih berkataegori bintang. Deco dan Ronaldinho contohnya. Dua nama yang dalam beberapa musim terakhir berandil mewarnai prestasi tim, dilepas ke Chelsea dan AC Milan. Nama-nama tenar lain juga senasib. Seperti Edmilson (ke Villareal), Gianluca Zambrotta (Milan), Giovanni dos Santos (Tottenham), dan Lilian Thuram.
Berikutnya, beberapa nama yang menurut Guardiola berkualitas direkrut. Yaitu Daniel Alves (Sevilla), Seydou Keita (Sevilla), MArtin Caceres (Villareal), Gerard Pique (Man. United), dan Aleksandr Hleb (Arsenal). "Saya tidak bisa menjanjikan gelar, namun saya yakin orang-orang akan banggar kepada kami," jelas pelatih yang baru 37 tahun itu.
TALENTA,KERJA KERAS, SEMANGAT
Sepanjang memperkuat Barca, Guardiola telah ditangani beberapa pelatih hebat. Mulai dari Johan Cruyff, Bobby Robson, Louis van Gaal, dan Llorenc Serra Ferrer. Jika dilanjutkan saat berkarier di Serie-A, dia sempat dillatih Fabio Capello. Fakta itu diyakini sebagai modal plus buat Guardiola untuk menjadi pelatih berkelas. Metode kepelatihan, cara pendekatan ke pemain, dan juga kebijakan-kebijakan penting yang dilakukan pelatih-pelatih beken itu, dipercaya makin membuat "ilmu" Guardiola bertambah.
Hasilnya mulai terlihat. Tangan dingin Guardiola mulai manjur. Jelang kompetisi, El Barca melakoni beberapa uji coba. Dari lima kali uji coba, belum sekali pun Barca kalah. Menang 6-0 dari HIbernian, 5-1 dari Dundee United, mengalahkan Fiorentina 3-1, menang 5-2 dari Chivas du Guadalajara, dan menaklukan New York Red Bulls, 6-2. Gelandang Xavi Hernandez mengakui, sejak ditangani Guardiola, ada perubahan dalam timnya. Para pemain lebih kompak. "Banyak hal yang berubah jika dibandingkan dengan musim lalu. Kami bekerja keras dalam latihan,tetapi filosofinya tetap sama. Yaitu harus selalu menguasai permainan dan memainkan sepak bola menyerang," ujar Xavi pada The Courier.
Lanjut Xavi, dia bersyukur punya pelatih seperti Guardiola. Selain tahu banyak tentang Barca, Guardiola paham dengan karakter dan jeli untuk memaksimalkan potensi pemain. "Dia mengurusi hal-hal detail. Tetapi detail-detail kecil itulah yang akan menentukan apakah Anda akan memenangi sebuah pertandingan atau kalah." beber Xavi. Thierry Henry juga berpendapat serupa. Strategi menyerang ala Guardiola bisa diterjemahkan semua pemain. "Perbedaannya dengan tahun lalu adalah ketika menyerang kami menekan lawan sebaik mungkin. Pada saat yang sama, ada pemain-pemain lain yang siap konsentrasi di pertahanan," kata Henry.
Di kalangan suporter, idem ditto. Meski belum melakoni kompetisi resmi, sejauh ini mereka puas dengan apa yang dilakukan Guardiola. Menanggapi apa yang ditunjukkan sepanjang awal musim, Guardiola pernah berujar," Saya sangat percaya pada talenta, kerja keras, dan semangat. Saya tahu bahwa kami harus bekerja dengan keras dan cepat, agar menjadi kuat sejak awal,"
Sumber : Tabloid Soccer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar