Mungkin tak ada yang menduga jika Carlos Roa adalah mantan kiper yang terkenal garang di bawah mistar gawang. Sosok yang bernama lengkap Carlos Angel Roa itu saat ini kesehariannya sangat berbeda. Di tanah kelahirannya, Santa Fe, Argentina, saat ini Roa dikenal sebagai pendeta di Gereja Advent Hari Ketujuh. Roa memang memilih jalan hidupnya sendiri. Sebagai mantan kiper, dia lebih menuruti kata hatinya untuk mengabdikan dirinya kepada Tuhan dan Gereja.
Jika menengok ke belakang, Roa yang mendapat julukan Lechuga (Lettuce) atau Selada lantaran dia seorang vegetarian, tak bisa dilepaskan dari coretan sejarah sepak bola Argentina. Belum hilang dari ingatan bagaimana Roa berjibaku di bawah mistar gawang Tim Tango pada Piala Dunia 1998. Dialah pahlawan ketika mengalahkan Inggris di perdepalan final. Gerak refleksnya mampu mengggagalkan tendangan penalti Paul Ince dan David Batty dalam drama adu penalti.
Sayang Roa gagal membaca arah tendangan kedut yang dilesakkan Dennis Bergkamp saat Tim Tango menghadapi Belanda di perempat final. Roa beserta para koleganya di Tim Tango pun harus mengepak koper lebih dini setelah kalah 1-2. Tak hanya di level negara saja kehebatan Roa di akui. Di level pun setali tiga uang. Mungkin jika Roa tak bermain cemerlang bersama Real Mallorca, pelatih Tim Tango kala itu, Daniel Passarella, tak menempatkan Roa sebagai kiper utama di Piala Dunia 1998. Pasalnya kala itu Tim Tango masih memiliki kiper senior pada diri German Burgos dan Pablo Cavallero.
Selama membela Mallorca dalam kurun waktu 5 tahun (1997-2002), Roa mampu meriah gelar juara Piala Super Spanyol 1998, mencapai posisi ketiga La Liga musim 1998, mencapai posisi ketiga La Liga musim 1998-99 sekaligus meraih tiket Liga Champions, dan mengantarkan Mallorca menjadi finalis Piala Winers sebelum dikalahkan Lazio 1-2 di Stadion Villa Park (19/5/99).
SEMPAT PENSIUN DINI
Dalam kariernya, Roa sempat memutuskan pensuin dini. Pada akhir musim 1998-99, Roa menjadi kiper pertama yang memutuskan mundur karena alasan agama. Dia telah berulangkali berkomentar untuk berhenti dari sepak bola karena bertentangan dengan ajaran agamanya dalam hal bermain pada Sabtu. Seperti diketahui dalam Gereja Hari Ketujuh, para jemaatnya tidak diperbolehkan beraktivitas pada hari Sabat dan dalam hal ini hari Sabtu.
"Saya sangat gembira bermain sepakb ola. Tapi, saya mencari hal yang lebih baik lagi. Saya tidak takut dalam keputusan ini. Sebagai seorang Kristen, iman kita harus kuat," ucap Roa kepada Harian Clarin, kala itu. Keputusannya itu sempat membuat sedih para pendukung Mallorca. Mereka sempat meneriakkan, "Roa demi Tuhan, jangan pergi !" Roa tetap bulat pada keputusannya.
"Saya bertanya kepada Tuhan untuk memberikan kesempatan bermain di Piala Dunia, dan Dia memberikannya. Saya mau memenuhi janji saya kepada-Nya dan berhenti saat ini juga. Tentang hari Sabat atau Sabtu yang agama saya kenal sebagai Hari Ketujuh adalah alasan pertama mengapa saya meninggalkan sepak bola. Bagi Umat Tuhan, hari itu adalah hari istimewa dan kita tidak boleh diperbolehkan beraktivitas. Hal itu bertentangan dengan sepak bola yang selalu dimainkan tiap akhir pekan," lanjut Roa.
Setelah sempat off selama satu tahun dan secara tekun mempelajari agam secara mendalam demi cita-cita menjadi pendeta, Roa kembali bermain pada musim 2000-01 bersama Mallorca. Sayang, Roa hanya bermain dalam beberapa pertandingan saja karena kanker. Hingga akhir 2005 Roa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menjalani terapi di rumah sakit. Roa akhirnya benar-benar menghilang dari sepak bola pada awal 2006 dan beberapa bulan kemudian menjadi pendeta.
Selama masih aktif, di luar sepak bola, Roa memang mengakui sebagai penganut Advent taat. Tapi, pada saat bermain, dia meminta namanya dikeluarkan dari daftar supaya tidak menjadi contoh buruk bagi umat Advent lainnya. Roa dikenal sebagai religius sejati. Dia sempat tidak bermain dalam sebuah kejuaraan Internasional pada hari Sabtu dan pergi ke kamarnya untuk belajar Alkitab.
"Pada abad 2000 kesulitan di dunia selalu datang. Perang, kelaparan, wabah penyakit, kemiskinan, dan bencana alam selalu datang. Saya melihat hal itu bisa terjadi lantaran manusia perlahan melupakan Tuhan. Saya ingin berperan menyadarkan umat manusia untuk kembali ke jalan-Nya," ucap Roa.
FAKTA MENARIK ROA
- Orang tua Roa menjadi jemaat Advent pada 1974 setelah belajar Alkitab dari PEndeta Anibal Espada, yang sekarang menjadi Sekretaris Uni Austral di Buenos Aires.
- Semasa kecil Roa masuk ke sekolah Advent di Santa Fe. Dia aktif dalam kegiatan PathFinder dan dibaptis di Gereja Advent.
- Roa menikah dengan Silvia dan kemudian ikut menjadi jemaat Advent. Saat ini Roa dan istrinya dikaruniai dua orang anak, Ayelen dan Soraya.
- Sewaktu menjalani tur di Benua Afrika bersama bersama Racing Club, Roa sempat menderita penyakit malaria. Berat badannya turun 15 kg dan hampir sekarat. Dia kemudian dipulangkan lebih dini. Dan setelah menjalani perawatan, Roa akhirnya pulih.
- Roa selalu membawa Alkitab di dalam tasnya.
Sumber : TABLOID SOCCER
3 komentar:
waduh info ttg bola nya lengkap bgt.bagus bgt.apalagi bagi yg suka ama bola.
keep blogging ya.
salam kenal aja dr banjarmasin..
Aku ingat nih ketika Mr.Roa tiba-tiba pensiun ketika berada di puncak ketenaran. Waktu itu diberitakan sih dia penganut Mormon. Dan era akhir 90-an memang sedang heboh dunia akan kiamat ketika bel tahun 2000 (era milenium) berdentang. Roa termasuk yang mempersiapkan diri menyambut kiamat tersebut.Ternyata tahun 2000 berlalu baik2 saja,dan beliau menampakkan diri lagi.
@bolasinema
Roa bukan Mormon.. tapi Roa adalah anggota Gereja Advent
Posting Komentar